Ringkasan Khotbah : 04 Januari 2004

Press On

Nats: Fil. 3:13-14

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

 

Semangat Rasul Paulus yang mempunyai kerinduan menggenapkan kehendak Tuhan dalam hidupnya dengan kualitas tertinggi patutlah kita teladani dan menjadi inspirasi bagi setiap kita untuk berjuang seperti dia. Orang yang tidak mempunyai semangat hidup yang selalu melihat masa depan sebagai sesuatu yang suram tidak akan membawa berkat bagi orang di sekitarnya karena dia hanya hidup dalam dunianya sendiri. Orang demikian tidaklah membahayakan karena tidak merugikan orang lain. Rasul Paulus pernah salah melangkah dalam hidupnya dimana segala tindakan yang dilakukannya bersifat destruktif namun pengalaman imannya bertemu Tuhan telah menyadarkannya akan setiap kesalahan yang pernah ia lakukan dan berbalik pada jalan Tuhan.

Semangat menghancurkan ini sekarang muncul bahkan telah merasuk di dunia modern. Dunia bergerak sangat cepat dan mengajak setiap orang di dalamnya untuk berkompetisi dan celakanya lagi bila kita tidak dapat mengikuti arus tersebut maka kita akan terlibas dan berakhir dengan kehancuran. Sebelum kehancuran itu menimpa dirinya maka manusia berusaha menjatuhkan yang lain terlebih dulu. Hal ini cocok seperti yang diungkapkan oleh para evolusionisme yakni manusia akan menjadi serigala bagi sesamanya, homo homini lupus. Manusia berdosa menyebut persaingan tersebut dengan survival of the fittest, yakni siapa yang kuat maka dialah yang akan menang. Manusia hanya mementingkan diri sendiri bahkan dapat dikatakan manusia lebih kejam dari binatang.

Muncul juga tokoh filsafat seperti John Stuart Mill dengan teori utilitarianismenya yang banyak dikembangkan di dunia ekonomi; dan ironisnya seorang tokoh kristen bernama Goudzwaard menganjurkan agar kekristenan ikut mengembangkan ide utilitarianisme, yakni setiap tindakan yang kita lakukan haruslah yang menguntungkan diri sendiri. Akibatnya orang akan menghalalkan segala cara demi untuk mendapat keuntungan/gain dan kenikmatan/pleasure; serta berusaha menghindari kerugian/loss dan kesengsaraan/pain. Orang demikian sulit sekali untuk berkorban akan tetapi Alkitab justru mengajarkan supaya kita meneladani Kristus yang telah berkorban terlebih dahulu demi untuk manusia berdosa.  

Sebelum bertemu dengan kebenaran sejati, Paulus hanya memikirkan tentang bagaimana mendapatkan sesuatu yang dianggapnya sebagai kebenaran hingga Tuhan  beranugerah menyelamatkan hidup Paulus sehingga hidupnya berubah menjadi seorang yang diperkenan Tuhan. Bagaimanakah dengan kita menghadapi situasi dunia yang penuh dengan gejolak dan mementingkan diri sendiri ini? Janganlah mudah tergoda dengan konsep yang ditawarkan iblis yang kelihatan logis dan kita rasa cocok dengan sifat manusia berdosa. Ironisnya, orang justru menolak kebenaran Firman dan menganggap salah karena tidak cocok dengan logika manusia.

Mengubah paradigma seseorang yang telah terformat salah selama bertahun-tahun menuju pada kebenaran sejati tidaklah semudah seperti membalikkan telapak tangan karena kebenaran sejati tersebut selalu bertentangan dengan logika manusia berdosa. Kini, orang baru menyadari bahwa kehebatan yang selama ini mereka banggakan tidaklah berguna. Tahun 2004 menjadi tahun kehancuran bagi mereka karena apa yang mereka prediksi secara logika manusia ternyata meleset seperti yang dialami John Naisbitt dalam bukunya Megatrend 2000 begitu juga dengan Alvin Toffler.

Hanya mereka yang kuatlah dapat mengikuti pergerakan dunia dengan kecanggihan teknologinya yang semakin menggila. Manusia akan diperlakukan secara tidak adil karena dunia hanya memikirkan satu aspek saja, yakni manfaat. Kita akan hidup dalam tekanan akibatnya banyak orang yang menderita sakit baik secara fisik maupun mental. Dan yang lebih parah lagi orang memandang hidup dengan skeptis, tidak ada pengharapan; orang hanya melihat masa depan sebatas esok saja.

Alkitab menegaskan supaya kita mengarahkan diri dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah surgawi (Fil. 3:13-14). Beberapa hal yang dapat kita pelajari dari teladan Rasul Paulus, yaitu:

1. Redirection The Target of Life. Bila kita tidak mempunyai sasaran hidup dengan jelas maka bagaikan perahu yang kehilangan arah yang diombang ambingkan dengan arus pemikiran dunia. Kalau Paulus tahu sasaran hidupnya dengan jelas (Fil. 3:13-14) maka duniapun mendorong kita untuk mempunyai target hidup. Target hidup yang ditawarkan dunia hanyalah bersifat materi yang membawa kita pada kebinasaan kekal. Ingat, harta dan materi yang ada padamu bukanlah jaminan kita memperoleh hidup kekal. Sebagai anak Tuhan, biarlah kita mengarahkan hidup kita pada sesuatu yang bermakna. Bukankah Paulus dulu juga berjuang mati-matian demi untuk sesuatu yang dianggapnya sebagai kebenaran tapi ternyata menuju pada kematian. Dia baru disadarkan setelah dia bertobat ternyata semua yang dulu dia banggakan hanyalah sampah dan ia mengarahkan diri kepada apa yang didepanku (Fil. 3:13 ).

Kata “mengarahkan diri“ disini adalah seperti tubuh yang dipelintirkan untuk mengarah pada sesuatu yang baru. Sebagai contoh, seorang kiper secepat kilat akan memelintirkan badannya begitu ia mengetahui kesalahan yang dilakukannya dalam memperdiksi arah datangnya bola. Perubahan ini membutuhkan suatu perjuangan, kekuatan dan tenaga yang sangat besar. Ingat, seluruh arah hidup kita akan menentukan hasil yang kita peroleh nantinya; kalau kita arah hidup salah maka semua jalan yang kita lewati hanya akan menghancurkan hidup kita. Karena itu arahkanlah hidupmu pada apa yang menjadi kehendak Tuhan saja sebab itu akan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Hati-hati batas antara kehendakku dan kehendakMu sangatlah tipis; hendaklah kita mengoreksi diri benarkah arah hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan? Biarlah kita mencontoh teladan Paulus yang berbalik 1800 ,yaitu segala sesuatu yang dulu dia kejar dianggap sebagai sampah dan berbalik menuju panggilan sorgawi. Sekali lagi saya tegaskan,  arahkanlah hidupmu pada arah yang benar yaitu yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan bukan hanya pada apa yang menjadi cita-citamu dan biarlah melalui hal itu kita dipakai menjadi berkat bagi dunia di sekitar kita.

2. Regain The Meaning of Life. Setelah menetapkan sasaran dengan jelas bahwa hidup harus mengarah pada hidup dan menghasilkan hidup maka kita masuk dalam pertanyaan mengapa kita harus mengejar hal ini? Paulus melihat hal bukan sebagai hal yang sederhana. Ketika kita mengarahkan hidup kita pada sesuatu yang hidup maka kita dapat menggarap kembali hidup kita (regain) sehingga hidup menjadi bernilai (the value of life). Orang yang mempunyai sasaran dan makna hidup yang tepat akan mendorong orang untuk lebih bersemangat dalam menjalani hidup sebaliknya orang yang mempunyai sasaran dan makna hidup salah membuat dia mudah berputus asa dan kehilangan pengharapan.

Ingat, kemuliaan yang ditawarkan dunia hanya berakhir dengan kebinasaan kekal. Itulah sebabnya, Paulus dapat mengatakan aku melupakan apa yang dibelakangku dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi (Fil. 3:14). Kata “hadiah“ tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat material melainkan menggambarkan posisi yang agung dan mulia, seperti seorang yang menang berperang dan mendapatkan hadiah sebuah mahkota yang bertahtakan daun. Bukan daunnya yang menjadi masalah akan tetapi Dia yang mengaruniakan dan memasangkan mahkota itulah yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi dirinya. Biarlah hidup kita dipakai untuk mengejar hal-hal yang mulia. Alkitab menegaskan merupakan suatu rahasia yang besar kalau kita dapat memanfaatkan hal-hal yang hina untuk mendapatkan sesuatu yang anggun dan mulia.

Tugas kita sebagai anak Tuhan adalah menggenapkan apa yang menjadi kehendak Tuhan di bumi ini; dengan demikian setiap hal yang kita pikirkan dan yang ingin kita lakukan pastilah mengarah pada suatu nilai yang anggun dan mulia. Bagaimana dengan hidup kita? Apakah selama ini kita telah mengorbankan hidup kita hanya untuk sesuatu yang fana ataukah sesuatu yang bernilai? Tetapkan nilai hidup anda sekarang juga, yaitu kembali pada kemuliaan Tuhan. Banyak orang Kristen yang tidak dapat memahami hubungan antara pekerjaannya di dunia dengan kekekalan.

Hendaklah kita memahami konsep paradoks yang Tuhan ajarkan, yakni meski di dunia kita tetap mengerjakan sesuatu yang bersifat kekal, yaitu menggenapkan kehendak Tuhan. Jangan mengejar sesuatu yang materi karena itu semua tidak bersifat kekal tetapi justru akan membawa kita menuju pada kebinasaan kekal, life is most valuable thing. Apalah artinya kita mendapatkan harta di dunia kalau kita kehilangan nyawa. Hidup kita lebih berharga itulah sebabnya Kristus rela mati demi untuk menebus hidup kita.

3. Reconfirmation The Commitment of Life. Arah hidup yang tepat dan bermakna bukanlah hal yang tidak dapat kita raih. Semua itu akan dapatkan bila kita mau bertekad di hadapan Tuhan untuk melakukan kehendakNya. Paulus memahami bahwa tekad tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat tetap akan tetapi harus dikejar terus menerus dan perlu penegasan secara berulang sehingga mempunyai keberanian untuk melangkah menghadapi tantangan dunia. Itulah sebab Fil. 3:13-14 bersifat present active (bhs. Yunani) seperti present continous (bhs. Inggris) yang bersifat terus menerus. Semakin besar talenta dan kemampuan yang kita punya makin banyak godaan yang akan hadapi yang mencoba menarik kita untuk menjadi serupa dengan dunia.

Secara logika, dengan kepandaian yang Paulus miliki, dia bisa mendapatkan kedudukan tinggi dan kekayaan tapi dia justru memilih yang terbaik dengan menjadi pengikut Kristus walaupun untuk itu ia harus menderita. Paulus tahu materi tidaklah bernilai kekal dan berakibat pada kehancuran diri sendiri justru penderitaan karena Kristus itulah yang membawa manusia pada sukacita kekal. Hati-hati iblis selalu menawarkan jalan keluar yang kelihatan indah namun ujungnya berakhir dengan kehancuran di saat kita sedang menderita. Kalau kita tidak mempunyai kekuatan dan ketekadan, kita akan mudah sekali digoyahkan. Hendaklah di dalam setiap langkah hidupmu selalu mengkonfirmasi ulang dan secara terus menerus setiap tekad/komitmen untuk mau hidup taat dalam pimpinan Tuhan dan mengarahkan hidup pada sesuatu yang bermakna tinggi.

4. Revitalitation The Power of Life. Hanya dengan mengandalkan kekuatan dari Tuhan saja maka kita dapat menghadapi segala tantangan dunia. Sebelum bertobat, Paulus berjuang menurut kebenaran hukum taurat dengan kekuatannya sendiri tetapi karena pengenalan akan Kristus membuatnya menyadari bahwa kebenaran sejati hanya ada dalam Kristus Yesus yang dianugerahkan kepada setiap mereka yang beriman padaNya. Kekuatan manusia tidak dapat mengatasi segala tantangan karena manusia hanya mengandalkan kekuatannya pada uang belaka. Seiring dengan habisnya uang maka kekuatan duniapun ikut lenyap karena itu janganlah bersandar dan mengandalkan kekuatan dunia. Tuhan berjanji tanganNya akan memelihara hidup kita jika kita setia. Tuhan tidak pernah ingkar janji kalau kita berjalan dalam rencana Tuhan maka Ia akan memampukan kita menghadapi segala tantangan. Jangan pernah sekalipun melawan rencana dan kehendak Tuhan karena setiap rancanganNya demi untuk kebaikan kita.

Manusia hanya dapat mereka-reka apa yang terjadi di tahun 2004 namun sebagai orang Kristen hendaklah kita berani melangkah dan menapaki hari demi hari karena kita tahu kekuatan Tuhan beserta. Arahkanlah hidupmu hanya untuk kemuliaan namaNya sehingga hidupmu menjadi bermakna.  Amin. ?

 

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)